ISU KEPUNAHAN BADAK PUTIH

Pendahuluan

Pada bulan juni 2021 isu kepunahan badak putih utara sempat menghebohkan dunia maya. Berbagai situs mengabarkan bahwa badak putih utara (Ceratotherium simum cotttoni) bertahan 55 juta tahun di planet bumi, mengalami dan bertahan dari keganasan zaman es, gempa bumi, hantaman meteor, dan saksi hidup perubahan-perubahan di bumi. Mamalia ini tidak bisa bertahan pada keganasan manusia dan sudah resmi dinyatakan punah secara fungsional. Namun, pihak konservasi Ol Pejeta, Kenya dalam postingannya di Instagram @olpejeta pada tanggal 5 Juni 2021 mengklarifikasi bahwa badak putih utara dinyatakan punah secara fungsional pada tahun 2018. Punah secara fungsional berarti bahwa jumlah hewan sangat sedikit sehingga tidak lagi berperan penting dalam fungsi ekosistem. Menurut Emslie (2020), badak putih utara telah resmi punah di alam liar dan hanya tersisa dua betina yang berada di Kenya.

Gambar 1. Kematian Badak Putih Utara di Sudan

Sumber : amivitale, 2018

Klasifikasi

Kingdom        : Animalia

Phylum          : Chordata

Class              : Mammalia

Order              : Perissodactyla

Family            : Rhinocerotidae

Genus            : Ceratotherium

Species          : Ceratotherium simum

Badak putih memiliki dua subspesies, yaitu badak putih utara dan badak putih selatan. Nama ilmiah badak putih utara, yaitu Ceratotherium simum cottoni. Nama ilmiah badak putih selatan, yaitu Ceratotherium simum simum. Keduanya memiliki morfologi yang sama, namun terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan juga terletak pada habitat badak (Furstenburg, 2013).

Morfologi Badak Putih

Badak putih merupakan salah satu mamalia terestrial terbesar. Berat badak dewasa dapat mencapai 1000 kg hingga 3600 kg. Badak putih mempunyai mata yang berukuran relatif kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Bagian mulut berbentuk persegi. Lehernya panjang dan terdapat punuk. Badak putih mempunyai dua tanduk yang masing-masing ukuran tidak sama. Salah satu tanduk memiliki panjang hingga mencapai 1660 mm, sedangkan yang lain memiliki panjang sebesar 550 mm. Tubuh badak memiliki panjang 3,35 – 3,77 meter dengan panjang ekor 0,57 – 0,77 meter. Tinggi bahu badak rata-rata setinggi 1,71 – 2,85 meter, sementara lingkar rata-rata sebesar 2,01 – 2,20 meter. Badak putih mempunyai kulit berwarna abu-abu pucat yang padat, bersifat keras dan terdapat lipatan menyerupai piring (DulaL, 2017)

Perbedaan kecil antara subspesies badak putih utara dengan selatan di antaranya badak putih selatan mempunyai tubuh dan kaki yang lebih pendek daripada badak putih utara. Bagian permukaan kulit terdapat rambut-rambut keras, menyerupai pin dan tersebar di seluruh permukaan kulit. Bagian dorsal tengkorak badak putih utara terlihat lebih rata daripada badak putih selatan. Badak putih utara juga memiliki gigi geraham dengan mahkota yang lebih kecil (Furstenburg, 2013).

Habitat

Secara umum badak putih mendiami habitat di Benua Afrika seperti di negara, Namibia, Zimbabwe dan Afrika Selatan. Badak Putih pada masanya banyak ditemukan secara berkoloni di Sudan, Zululand National Park, dan disebelah utara Danau Albert. Namun maraknya pemburuan liar, membuat jumlah populasi dari badak putih utara ataupun selatan semakin berkurang. Badak putih yang berada di Afrika tersebut memiliki karakteristik bercula dua, hal ini yang jarang ditemukan di beberapa negara Asia seperti negara India. Habitat dari badak putih memiliki karakteristik dengan cuaca panas, terkena langsung oleh sinar matahari, dan tidak bersanding dengan komunitas hewan karnivora. Badak putih yang mendiami suatu habitat pada umumnya hidup dalam kelompok kecil, dengan jumlah 16-18 individu yang terdiri dari bayi badak putih dan induk betina badak putih (Mujib dkk., 2016)

Gambar 2. Badak Putih di Afrika (Mujib dkk., 2016)

Status Kepunahan

Menurut Sari (2017) badak putih yang mendiami di Afrika kurang lebih 20.170 individu dan termasuk dalam status Near Threatened (hampir terancam) yaitu spesies yang sedang menghadapi resiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Status tersebut semakin diperkuat dengan data jumlah badak putih di negara Zimbabwe yang hanya mencapai 802 individu pada tahun 2016. Jumlah 802 individu tersebut merupakan kalkulasi antara badak hitam dan badak putih yang mendiami di wilayah selatan dan utara Zimbabwe. Sehingga badak Putih masuk dalam Appendix II sejak 1994 bahwa hewan tersebut hampir terancam punah.

Badak putih selatan dan utara merupakan spesies badak yang memiliki dua cula, sehingga dari cula tersebut menjadi pemikat bagi manusia yang tidak bertanggung jawab dalam memburunya. Menurut lembaga WWF (World Wide Fund For Nature) badak putih harus benar-benar dijaga kelestariannya, karena bukan tidak mungkin status kepunahan dari satwa ini akan benar-benar punah. Tentunya, kepunahan dari badak putih tidak ingin terjadi, karena satwa ini merupakan aset global atau internasional yang harus tetap dilestarikan. Dibutuhkan peran dari setiap stakeholder dalam mencegah terjadinya status kepunahan dari satwa langka ini, sehingga badak putih tetap terjaga (Sari, 2017).

Ancaman Kepunahan

Badak menjadi hewan yang paling banyak diburu. Kasus perburuan badak yang paling banyak yaitu terjadi di Zimbabwe. Badak banyak diburu untuk diambil culanya untuk dijual ke tiongkok dan Vietnam. Masyarakat tiongkok menggunakan cula badak karena menurut kepercayaan medis di Tiongkok dan Vietnam, culanya mampu menjadi obat berbagai penyakit, seperti kanker. Hal itu yang mendorong perdagangan dan perburuan badak di Zimbabwe. Status badak putih sebagai Near Threatened (hampir terancam) bukan tidak mungkin naik menjadi status punah tanpa menyisakan 1 individu (Sari, 2017).

Peran dari suatu organisasi internasional sangat dibutuhkan dalam kasus ini, dalam hal ini organisasi internasional atau lembaga yang terkait adalah WWF. WWF adalah organisasi pelestarian lingkungan independen terbesar di dunia. WWF memiliki 4,7 juta pendukung dan sebuah jaringan global yang terdiri dari 27 organisasi nasional, 22 kantor program, dan lima organisasi afiliasi. WWF mulai beroperasi di Zimbabwe pada tahun 1983. WWF Zimbabwe merupakan bagian independen dari jaringan WWF Internasional dan afiliasinya, organisasi pelestarian global yang bekerja di 100 negara di dunia untuk mencapai mimpi pelestarian yaitu mewujudkan dunia dimana manusia dapat hidup selaras dengan alam. Namun, bukan hanya lembaga tersebut yang harus berperan aktif, semua pihak harus terlibat dalam pelestarian badak putih, sehingga badak putih dapat terselamatkan (Sari, 2017).

Konservasi Badak Putih

Perlindungan lapangan yang efektif terhadap subpopulasi badak putih dan pengelolaan biologisnya sangat penting untuk keberhasilan peningkatan populasi. Mayoritas badak putih yang masih hidup tetap berada di cagar alam, kawasan konservasi badak, dan zona perlindungan intensif di mana upaya penegakan hukum dapat dikonsentrasikan pada tingkat yang efektif. Pemantauan juga telah memberikan informasi untuk memandu pengambilan keputusan pengelolaan biologis yang ditujukan untuk mengelola subpopulasi badak putih sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan populasi yang cepat. Upaya konservasi telah menyebabkan pemulihan dramatis subspesies ini. Namun, perburuan tetap menjadi ancaman serius (Emslie, 2020). Krisis perburuan liar badak putih di Afrika Selatan menyebabkan konservasi badak putih tidak hanya dikelola oleh pemerintah, tetapi juga oleh pemilik lahan swasta. Pemilik tanah swasta di Afrika Selatan melestarikan sekitar 40% badak putih secara global (Clements et al., 2020).

Pengembangan Rencana Aksi Konservasi dan Pengelolaan Badak Putih Kenya (White Rhino Conservation and Management Action Plan (WRAP)) merupakan salah satu kawasan konservasi badak putih utara dan badak putih selatan yang berada di benua Afrika. Tujuan pembentukan WRAP ini antara lain untuk menjaga perburuan badak di bawah 1% dari total populasi per tahun dengan mempertahankan perlindungan dan penegakan hukum, serta untuk mempertahankan pembiayaan komponen utama konservasi badak putih. Area konservasi yang berada di Kenya antara lain II Ngwesi Community Conservancy, Lake Nakuru National Park, Lewa – Borana Landscape, Ol Pejeta Conservancy, dan Nairobi National Park. WRAP Kenya menyediakan kerangka kerja untuk konservasi dan pengelolaan badak putih melalui proses konsultatif yang melibatkan semua pihak, serta untuk melestarikan garis keturunan genetik badak putih (Khayale et al., 2021).

KESIMPULAN

Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa badak putih utara telah mengalami kepunahan secara fungsional. Badak putih diketahui terdapat dua subspesies, yaitu badak utara (Ceratotherium simum cottoni) dan badak putih selatan (Ceratotherium simum simum). Badak putih tergolong ke dalam hewan terestrial terbesar. Berat badannya dapat mencapai 1000 kg – 3600 kg. Tubuh badak memiliki panjang 3,35 – 3,77 meter dengan panjang ekor 0,57 – 0,77 meter.  Umumnya badak putih dapat ditemukan di Benua Afrika seperti di negara, Namibia, Zimbabwe dan Afrika Selatan. Badak Putih pada masanya banyak ditemukan secara berkoloni di Sudan, Zululand National Park, dan disebelah utara Danau Albert. Kriteria lingkungan habitat dari badak putih memiliki karakteristik dengan cuaca panas, terkena langsung oleh sinar matahari, dan tidak bersanding dengan komunitas hewan karnivora. Badak putih yang mendiami di Afrika kurang lebih 20.170 individu dan termasuk dalam status Near Threatened (hampir terancam) yaitu spesies yang sedang menghadapi resiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Kepunahan badak putih dapat disebabkan oleh adanya perburuan liar. Bagian utama yang diambil dari badak putih adalah tanduknya. Perlindungan lapangan yang efektif terhadap subpopulasi badak putih dan pengelolaan biologisnya sangat penting untuk keberhasilan peningkatan populasi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Clements, H. S., Knight, M., Jones, P., & Balfour, D. 2020. Private rhino conservation: diverse strategies adopted in response to the poaching crisis. Conservation Letters13(6): e12741.

Dulal, D. 2017. “Ceratotherium simum” (On-line), Animal Diversity Web. https://animaldiversity.org/accounts/Ceratotherium_simum/. [Diakses pada 22 November 2021].

Furstenburg, D. 2013. Focus on The White Rhinocerus (Ceratotherium simum).  Game Species Biology : 1 – 7.

Emslie, R. 2020. Ceratotherium simumThe IUCN Red List of Threatened Species 2020: e.T4185A45813880

Khayale, C., Omondi, P., Kariuki, L., Muruthi, P., Gichohi, N., Stejskal, J., … & Amin, R. 2021. Kenya’s first White Rhino Conservation and Management Action Plan. Pachyderm62. 112-118

Mujib, A. M. Diyah, R. Hartono, P.D., & Murjainah. 2016. Persebaran Badak Jawa, Badak Sumatera, dan Badak India Pada Masa Miosen Hingga Holosen. Jurnal Swarnabhumi. 1(1): 55-64.

Sari. 2017. Peran World Wide Fund For Nature (Wwf) Dalam Mengatasi Perburuan Badak di Zimbabwe Tahun 2015. Jurnal Online Mahasiswa Fisip Universitas Riau (JOM FISIP). 2(7): 1-10.