SEPUTAR COVID-19 DAN HANDSANITIZER

Oleh: Divisi Penelitian dan Pengembangan Himabio “Bakteriophage”

Sejak kasus pertama terkonfirmasi pada akhir 2019 lalu, COVID-19 kini telah menjadi outbreak yang dideklarasikan sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat secara Global (Global Public Health Emergency) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). COVID-19 disebabkan oleh infeksi 2019-novel Coronavirus (2019-nCoV) atau bisa juga disebut sebagai SARS-CoV-2. Virus ini merupakan jenis β-coronavirus, yaitu kelompok coronavirus yang memiliki selubung (envelope) dengan RNA sebagai materi genetiknya. β-CoV dapat menginfeksi mamalia serta menyebabkan terjadinya gangguan akut pada saluran pernafasan. Berdasarkan hasil analisis viral genom dan evolusinya, kelelawar diduga kuat sebagai inang asal virus ini. SARS-CoV-2 dapat ditularkan dari kelelawar melalui inang perantara untuk dapat menginfeksi manusia. Infeksi SARS-CoV-2 ke tubuh manusia menggunakan mekanisme angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) [4].

Sumber : Guo et al.,2020

Salah satu upaya yang digalakkan untuk membatasi transmisi COVID-19 adalah dengan sanitasi tangan (hand sanitizing), baik melalui cuci tangan maupun penggunaan hand sanitizer.  Hand sanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik yang berupa cairan atau gel pembersih tangan dan berfungsi sebagai antimikroba[8]. Tidak hanya mampu membasmi coronavirus saja, mikroba dalam hal ini dapat berupa bakteri, jamur, maupun virus lain[6]. Hand sanitizer terdapat dua jenis, yaitu semprot dan gel. Umumnya, komposisi utama hand sanitizer adalah senyawa kimia yang mampu menghambat atau memperlambat pertumbuhan mikroba, seperti amonia, senyawa aldehid, senyawa asetat ataupun klorin[7]. Masing-masing senyawa dapat membunuh virus dengan karakteristik dan spesifikasi yang berbeda.

Sumber : Goncalves, 2018

Penggunaan hand sanitizer yang semakin luas menyebabkan persediannya semakin terbatas. Hand sanitizer dapat dibuat secara manual dengan formulasi yang tepat[9]. Umumnya bahan dasar yang digunakan adalah alkohol atau klorin[10]. Klorin dapat diperoleh pada produk rumahan seperti pemutih. Formulasinya yaitu 5% sodium hipoklorit dicampur air dengan nisbah 1:100[9]. Sodium hipoklorit yang juga terkandung dalam sabun terbukti mampu merusak kapsul virus berserta materi genetiknya[6].

Alkohol yang digunakan sebagai bahan dasar hand sanitizer memiliki konsentrasi yang berkisar antara 60%-80%[3]. Senyawa alkohol bekerja lebih efektif pada virus yang memiliki selubung (envelope). Cara kerjanya yaitu dengan mengurangi integritas membran melalui mekanisme perusakan lipid pada selubung virus. Sementara untuk virus yang tak berselubung, perlu adanya penambahan formula selain alkohol seperti polyquaternium-37 dan asam asetat[6]. Formulasi ini mampu merusak kapsid virus dengan cara degradasi protein[4].

Segala sesuatu yang pemakaiannya melebihi prosedur penggunaan tentu memiliki efek samping. Begitupula dengan hand sanitizer. Hal ini didukung oleh fakta bahwa hand sanitizer mengandung senyawa kimia berat yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki dampak terhadap kulit manusia. Penggunaan hand sanitizer yang berlebihan dapat mengakibatkan iritasi, inflamasi, sensasi terbakar pada kulit, serta menyebabkan kulit kering[1]. Selain itu, pemakaian hand sanitizer yang melebihi dosis normal dapat menurunkan tingkat inaktivasi terhadap mikroba, sehingga kadar efektifitasnya berkurang[2]. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir efek samping ini adalah dengan mencari terobosan baru mengenai pembuatan hand sanitizer alami, yaitu dengan memanfaatkan beberapa ekstrak tumbuhan. Banyak sekali tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri, seperti daun serai, daun putri malu, mangga, kulit batang kasturi, dan batang pisang[1] . Selain itu, utamakan mencuci tangan menggunakan sabun. Hand sanitizer hendaknya digunakan saat kondisi tertentu saja, misalnya ketika sedang dalam perjalanan, ketika kekurangan air, dan kondisi mendesak lainnya.

 

Referensi

[1]Asngad, Aminah, Aprilia Bagas R., & Nopitasari. 2018. Kualitas Gel Pembersih Tangan (Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Pisang dengan Penambahan Alkohol, Triklosan, dan Gliserin yang Berbeda Dosisnya. Bioeksperimen. Vol.4(2) : 61-70.

[2]Beiu, C., M. Mihai, L. Popa, L. Cima, M.N. Popescu. 2020. Frequent Hand Washing for COVID-19 Prevention Can Cause Hand Dermatitis: Management Tips. Cureus. Researchgate 12(4) : 1-7.

[3]Desiyanto, Fajar Ardi & Sittu Nur Djannah. 2013. Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) terhadap Jumlah Angka Kuman. Kesmas. Vol.7(2) : 75-82.

[4] Goncalves, L.V. 2018. Mechanisms of virucidal action of alcohol and metallic ions against nonenveloped viruses. Wales : Cardiff University.

[5]Guo,Yan-Rong, Qing-Dong Cao, Zhong-Si Hong, Yuan-Yang Tan, Shou-Deng Chen, Hong-Jun Jin, Kai-Sen Tan, De-Yun Wang and Yan Yan. 2020. The origin, Transmission and Clinical Therapies on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak – an Update on the Status. Military Medical Research. 7(11) : 1-10.

[6]Liu, P., Y. Yuen, H. Hsiao, L. Jaykus, C. Moe. 2010. Effectiveness of Liquid Soap and Hand Sanitizer against Norwalk Virus on Contaminated Hands. Applied and Environtmental Microbiology. 76(2) : 394-399.

[7]Patnayak, D.P., M. Prashad, Y.S. Malik, M.A. Ramakrishnan, S.M. Goyal. 2008. Efficacy of Disinfectants and Hand Sanitizers Against Avian Respiratory Viruses. Avian Disease 52: 199-202.

[8]Wegner, J.R., C. Littau. 2018. Alcohol Hand Sanitizer with Improved Dermal Compability and Feel. Ecolab USA (15): 1-26.

[9]https://www.cdc.gov/

[10]https://www.who.int/