Perubahan Iklim dan Ekosistem: Mengapa Kehidupan di Bumi Terancam

 

Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi kehidupan umat manusia saat ini. Hal ini karena perubahan iklim yang terjadi saat ini berpotensi meningkatkan frekuensi kejadian ekstrim di berbagai wilayah di belahan dunia. Dampak perubahan iklim sangat kompleks karena terjadi pada berbagai sektor yang mencakup bebagai aspek kehidupan. Potensi bencana terkait dengan perubahan iklim menempati hampir 80% dari berbagai bencana alam yang ada di dunia (Dewi dan Istiadi, 2016). Perubahan iklim adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim terjadi karena adanya perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun. Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil seperti curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah angin yang berubah drastis (Hidayati dan Suryanto, 2015).

Perubahan iklim sebagai implikasi dari pemanasan global yang disebabkan oleh kenaikan    gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Hal ini mengakibatkan  dua  hal  utama  yang  terjadi  di lapisan  atmosfer  paling  bawah yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya  perubahan rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan  temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.740C antara tahun  1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.00C di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) diproyeksikan berkisar antara 1.1-6.40C (Leontinus, 2022).

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan besar. Kondisi ini menyebabkan Indonesia secara umum lebih rentan terhadap terjadinya perubahan iklim. Hal ini disebabkan beberapa dampak perubahan iklim akan langsung dirasakan oleh pulau-pulau kecil seperti kenaikan muka air laut yang dalam taraf lanjut akan mampu menenggelamkan pulau-pulau kecil dan akan berakibat pada hilangnya ekosistem di pulau-pulau kecil. Pada ekosistem hutan, perubahan iklim menyebabkan hutan harus dapat beradaptasi agar dapat mempertahankan fungsinya secara lestari dan berkelanjutan (Nandini dan Narendra, 2011).

Saat ini perubahan iklim sedang terjadi secara perlahan-lahan dan kenaikan temperatur global telah mencapai 10C di atas temperatur sebelum terjadinya revolusi industri. Kenaikan temperatur global sebesar 10C celcius telah berdampak negatif terhadap ekosistem lingkungan global (Quayle dkk., 2020). Dampak pertama perubahan iklim adalah mencairnya lembaran es di kutub bumi. Diperkirakan kenaikan air laut sebesar dua meter berpotensi mengancam wilayah permukiman yang ditempati oleh sekitar 200 juta individu. Sekitar 46% dari nilai aset global yang berada pada kawasan yang terletak pada ketinggian kurang dari 10 meter diatas permukaan laut akan terkena dampak dari kenaikan permukaan air laut (Gibassier dan Schaltegger, 2015).

Dampak kedua adalah terjadinya cuaca ekstrem yang akan meningkat seiring dengan terjadinya perubahan iklim. Cuaca ekstrem tersebut berupa gelombang hawa panas, curah hujan tinggi, angin kencang dan kekeringan yang berkepanjangan (Thoma dkk., 2019). Dampak ketiga adalah berkurang atau bahkan hilangnya keragaman hayati, baik hewan maupun tumbuhan, di daratan dan di lautan. Hewan dan tumbuhan darat akan terpengaruh oleh kenaikan temperatur global, sedangkan hewan dan tumbuhan laut akan terpengaruh pada kenaikan kadar keasaman air laut. Masih banyak dampak lain yang disebabkan oleh perubahan iklim. Ketiga dampak perubahan iklim di atas bersifat sistemik, dalam arti akan memengaruhi beragam hal dalam kehidupan manusia dan juga bersifat permanen, dalam arti akan sangat sulit atau bahkan mustahil untuk memperbaiki kerusakan dan mengembalikan kondisi sebelum terjadinya kerusakan (Mahardika, 2020).

Perubahan iklim dan kerusakan ekosistem saling terkait dan mengancam kehidupan di bumi. Melindungi dan memulihkan ekosistem yang rusak adalah langkah penting dalam menghadapi perubahan iklim dan memastikan kelangsungan kehidupan di planet kita. Dengan tindakan kolektif dan komitmen global, kita dapat mengatasi perubahan iklim dan membentuk masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

 

Referensi:

Dewi, I. K., dan Y. Istiadi. 2016. Mitigasi bencana pada masyarakat tradisional dalam menghadapi perubahan iklim di kampung naga kecamatan salawu kabupaten tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(1): 129-135.

Gibassier, D., and S. Schaltegger. 2015. Carbon management accounting and reporting in practice: a case study on converging emergent approaches. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal. 6(3): 340-365.

Hidayati, I. N., dan S. Suryanto. 2015. Pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pertanian dan strategi adaptasi pada lahan rawan kekeringan. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan. 16(1): 42-52.

Leontinus, G. 2022. Program dalam pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGS) dalam hal masalah perubahan iklim di Indonesia. Jurnal Samudra Geografi. 5(1): 43-52.

Mahardika, D. P. K. 2020. Meninjau peran akuntan dalam menanggulangi isu perubahan iklim. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 11(3): 581-599.

Nandini, R., dan B. H. Narendra. 2011. Kajian perubahan curah hujan, suhu dan tipe iklim pada zone ekosistem di Pulau Lombok. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 8(3): 228-244.

Quayle, B., N. Sciulli, N., and E. Wilson-Evered. 2020. Accountable to who, to whom, for what and how? unpacking accountability in local government response to climate change. Australasian Accounting, Business and Finance Journal. 14(3): 56-74.

Thoma, J., M. Hayne, N. Hagedorn, C. Murray, and R. Grattage. 2019. The alignment of global equity and corporate bonds markets with the paris agreement: a new accounting framework. Journal of Applied Accounting Research. 20(4): 439-457.