Vaksin COVID-19 di Indonesia dan Teknologi Penghantarannya

          Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia mulai diberlakukan oleh pemerintah sejak awal Januari 2021. Joko Widodo selaku presiden Indonesia menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Sinovac (Kemenkes, 2021). Jenis vaksin yang telah ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor H.K.01.07/Menkes/9860 /2020 tentang Penetapan jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease (Covid 19) diketahui bahwa terdapat 5 jenis vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia. Setiap jenis vaksin memiliki komposisi, kelemahan, dan kelebihan masing-masing Jenis vaksin tersebut meliputi vaksin yang di produksi oleh P.T. Bio Farma (persero), Astra Zeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd (Rahayu dan Sensusiyati, 2021).

Pemberian vaksin dapat dilakukan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Pemberian vaksin melalui oral menunjukkan hasil yang kurang efektif karena sebagian obat tidak dapat diabsorbsi dan terdegradasi di saluran pencernaan. Pemberian vaksin melalui injeksi dengan jarum suntik lebih efektif daripada melalui oral, namun dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak nyaman bagi pasien. Teknologi jarum suntik berukuran mikron baru-baru ini muncul. Teknologi tersebut dengan microneedle. Microneedle dapat meningkatkan penghantaran bioterapik tanpa memberikan rasa sakit (Shafa dan Sriwidodo, 2021). Oleh karena itu, tujuan pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui perkembangan vaksin COVID-19 di Indonesia.

Vaksin Covid-19 di Indonesia

1. Vaksin Sinovac

          Vaksin Sinovac merupakan vaksin yang diproduksi oleh Sinovac Life Science Co.Ltd yang telah bekerja sama dengan PT. Bio Farma (Persero). Vaksin ini memiliki kandungan CoronaVac, yakni vaksin yang tidak aktif. Cara kerja vaksin ini, yaitu dengan menggunakan virus inaktif atau virus yang telah dimatikan untuk merangsang pembentukan antibodi terhadap serangan virus tanpa risiko dampak buruk pada penyakit serius. Vaksin Sinovac selain mengandung CoronaVac, terdapat pula kandungan aluminium hidroksida, larutan fosfat dan larutan garam natrium klorida. Keunggulan utama vaksin Sinovac dibanding vaksin lain di antaranya dapat disimpan di dalam lemari es dengan suhu 2 – 8oC. Hal ini tentu memberikan kemudahan dalam pendistribusian vaksin di berbagai wilayah Indonesia. Vaksin Sinovac memiliki nilai efikasi sebesar 63,5% di Indonesia, 91,25% di Turki dan 50,4% di Brazil. Efek samping penggunaan vaksin ini di antaranya berupa nyeri, iritasi, dan pembengkakan (Rahayu dan Sensusiyati, 2021).  Pemberian vaksin Sinovac dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 minggu. Dosis vaksin Sinovac dalam sekali suntik sebanyak 5 µg. Pemberian vaksin Sinovac dapat dilakukan untuk orang berusia 18 – 59 tahun (Alodokter, 2021).

2. Vaksin Sinopharm

          Jenis vaksin Sinopharm adalah inactivated vaccine yang disebut SARS-CoV-2 Vaccine (Vero Cell). Komposisi dari jenis vaksin ini terbuat dari virus yang dilemahkan ataupun dimatikan. Vaksin ini dikembangkan dari strain SARS-CoV-2 yang diisolasi dari pasien di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan. Virus dibudidayakan dalam garis sel Vero yang memenuhi syarfffffat untuk diperbanyak, dan supernatan dari sel yang terinfeksi dinonaktifkan dengan β-propiolakton, menurut para peneliti (Keown, 2020). Efek samping dari vaksin jenis ini cukup ringan yaitu rasa nyeri dibagian tubuh penyuntikan dan mengalami demam ringan beberapa hari kedepan yang akan sembuh dengan sendirinya (Rizal, 2021). Kelebihan dari vaksin sinopharm adalah menghasilkan antibodi penetral yang sudah diamati pada 1,8 hingga 2,7 kali lipat dari tingkat yang ditemukan pada pasien yang pulih dari COVID-19. Sedangkan kekurangan dari vaksin sinopharm masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis yang harus digunakan, karena vaksin sinopharm masih diperuntukkan untuk usia 18 tahun keatas (Keown, 2020). Menurut Aizia (2021) dosis dari penggunaan vaksin sinopharm adalah 2,5 µg, 5 µg, dan 10 µg dengan cara pakai disuntikkan pada bagian lengan dengan rentan usia diatas 18 tahun.

3. Vaksin Moderna

          Vaksin Moderna merupakan tipe vaksin mRNA yang dibuat oleh ModernalTX, Inc dengan nama dagang mRNA-1273. Vaksin ini mengandung ribonucleic acid (mRNA), lipids (SM-102,polyethylene glycol [PEG] 2000 dimyristoyl glycerol [DMG], cholesterol,and 1,2-distearoyl-sn-glycero-3-phosphocholine [DSPC]), tromethamine, trome-thaminehydrochloride, acetic acid, sodium acetate, dansucrose (CDC, 2020 dalam Rahayu dan Sensusiyati, 2021). Vaksin Moderna adalah vaksin yang pertama mencapai tahapan uji klinis dibandingkan dengan vaksin lain (Makmun dan Hazhiyah, 2020). Vaksin Moderna berdasarkan bukti uji klinis 94,10% dinyatakan efektif dalam mencegah penyakit COVID-19 di antara orang-orang dari berbagai kategori usia, jenis kelamin, ras, serta etnis dan diantara orang-orang dengan kondisi medis yang mendasarinya. Efek samping dari pemberian vaksin Moderna diantaranya berupa rasa nyeri, bengkak, kemerahan, sakit kepala, mual, dan muntah (Moderna, 2021 dalam (Rahayu dan Sensusiyati, 2021). Dosis pemberian vaksin ini adalah sebanyak  2 kali dengan jarak 28 hari (Alodokter, 2021).

4. Vaksin Pfizer BioNTech

          Nama vaksin Pfizer BionTech, yaitu BNT162b2, yang diproduksi oleh Pfizer Inc., dan BioNTech. Vaksin ini tergolong vaksin tipe mRNA. Komposisi vaksin Pfizer BioNTech di antaranya mRNA, lipids ((4-hydroxybutyl)azanediyl)bis(hexane-6,1- diyl)bis(2-hexyldecanoate), 2 [(polyethylene glycol)-2000]-N,N-ditetradecylacetamide, 1,2- Distearoyl-sn-glycero-3- phosphocholine, dan cholesterol), potasium klorida, monobasic potassium phosphate, sodium klorida, dibasic sodium phosphate dihydrate, and sukrosa. Vaksin Pfizer memiliki nilai efikasi sebesar 95% (CDC, 2021 dalam Rahayu dan Sensusiyati, 2021).Vaksin Pfizer terbukti mampu mencegah COVID-19 setelah pemberian dua dosis (per dosis sebanyak 3 µg) dengan jarak pemberian masing-masing dosis 21 hari. Vaksin Pfizer dapat diberikan pada masyarakat berusia lebih dari 16 tahun – di bawah 55 tahun (Halodoc, 2020). Efek samping pemakaian vaksin Pfizer di antaranya nyeri di area suntikan, lelah, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, demam, nyeri sendi, mual, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala lain yang dapat ditimbulkan, yakni alergi berat (CDC, 2021 dalam Rahayu dan Sensusiyati, 2021).

5. Vaksin Astrazeneca

          Vaksin astrazeneca merupakan salah satu jenis vaksin yang direkomendasikan oleh pemerintah, pemilik nama lain vaksin viral vektor ini dibuat dengan komposisi dari sel inang atau sel tubuh sendiri untuk memproduksi antigen. Vaksin ini dibuat dari versi lemah virus flu biasa yang berasal dari simpanse yang telah dimodifikasi supaya tidak tumbuh pada manusia. Sel inang tersebut tentunya didapatkan dari modifikasi virus yang membawa materi genetik pengkode protein antigen. Efek samping dari penggunaan vaksin ini cukup serius, dilaporkan 2 hari sesudah vaksinasi di Afrika Selatan mengalami demam yang cukup tinggi dengan kisaran >40°C. Kelebihan dari vaksin ini adalah dapat memicu respon kekebalan tubuh secara humoral pada manusia. Kekurangan dari vaksin ini masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut agar tidak menimbulkan efek samping serius, dan mengingat pembuatan vaksin ini dalam skala besar mungkin dapat memicu harga yang cukup mahal (Aizia, 2021). Dosis dari astrazeneca ini adalah 0,5 µg dengan cara pakai disuntikkan pada bagian lengan.  Adapun mekanisme vaksin ini dalam memicu kekebalan tubuh sebagai berikut

 

Gambar 1. Mekanisme Vaksin Astrazaneca

Sumber : Callaway, 2020

Teknologi Penghantaran

1. Konvensional

          Pemberian vaksin secara konvensional adalah dengan penggunaan injeksi menggunakan jarum hipodermik. Jarum hipodermik tersebut dapat menghantarkan berbagai tipe molekul vaksin secara langsung dan cepat ke dalam tubuh. Injeksi ini dapat meingkatkan efektivitas vaksin jika dibandingkan dengan pemberian melalui oral. Pemberian melalui oral dapat merusak bioterapetik oleh enzim atau cairan yang disekresikan pada saluran pencernaan. Namun. pemberian vaksin menggunakan jarum hipodermik juga memiliki kekurangan yaitu dapat menimbulkan rasa sakit yang kurang nyaman dan resiko penyebaran patogen secara sistemik (Shafa dan Sriwidodo, 2021).

2. Microneedle

Microneedle merupakan jarum yang dibentuk dalam ukuran sangat kecil (mikron) dengan formulasi obat. Formula ini dapat menembus lapisan statum korneum kulit. Teknologi ini dapat mengurangi rasa sakit saat penetrasi microneedle karena tidak mengenai ujung saraf yang peka terhadap nyeri pada lapisan epidermis. Microneedle dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan desain dan komposisinya, di antaranya sebagai berikut.

  1. Solid microneedle, dipakai pada kulit sebelum pemberian bahan bioaktif untuk membentuk lubang yang berukuran micron pada kulit.
  2. Coated microneedle, dipakai untuk disolusi obat pada kulit. Formula obat yang akan diinjeksikan terdapat pada permukaannya.
  3. Dissolving Microneedle, dipakai untuk memberikan pelepasan obat atau vaksin terkontrol menggunakan suatu polimer. Polimer ini mampu menyerap di kulit, sehingga jamur tidak akan tertinggal ketika patch
  4. Hollow microneedle, dipakai untuk proses injeksi

Gambar 2. (A) dan (B) jenis-jenis microneedle yang diaplikasikan pada kulit

(Sumber : Kim et al, 2012)

Kelebihan Microneedle sebagai penghantar obat dan vaksin sebagai berikut

  • Mampu menghantarkan molekul yang berukuran lebih besar jika dibandikan dengan rute pemberian injeksi yang lain.
  • Proses penghantaran obat tidak menimbulkan rasa nyeri.
  • Area penetrasi lebih cepat pulih dibandingkan jarum konvensional.
  • Tidak akan terjadi first-past metabolism.
  • Infeksi mikroba dapat diminimalisir.
  • Pengkontrolan laju penghantaran obat lebih efektif daripada penghantaran obat yang melewati stratum korneum.
  • Efikasi obat dapat ditingkatkan sehingga mampu mengurangi dosis.

Kekurangan dari teknologi microneedle sebagai berikut

  • Akurasi dosis dari teknologi ini masih kurang baik dibandingkan dengan jarum konvensional.
  • Memungkinkan terjadinya partikel yang keluar dari permukaan kulit dan jarum dapat menembus kulit dengan derajat yang berbeda apabila microneedle tidak digunakan dengan benar.
  • Saat pelepasan patch bagian ujung dari microneedle berpotensi dapat tertinggal pada kulit.
  • Dapat merusak pembuluh darah apabila penggunaan yang berulang di tempat yang sama.
  • Terdapat variasi kedalaman penetrasi karena tiap individu memiliki ketebalan stratum korneum yang berbeda (Shafa dan Sriwidodo, 2021).

 

DAFTAR PUSTAKA

Aizia, A. 2021. Studi Pustaka : Perkembangan Uji Klinis, Keamanan, dan Kemanjuran Kandidat Vaksin Covid-19 di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya.

Alodokter. 2021. Vaksin Moderna. https://www.alodokter.com/vaksin-moderna#:~:text=Dosis%20dan%20Jadwal%20Pemberian%20Vaksin%20Moderna&text=Dosisnya%20adalah%200%2C5%20ml,atau%20sedang%20menderita%20COVID%2D19 [diakses pada 22 Mei 2021].

Alodokter. 2021. Vaksin Sinovac. https://www.alodokter.com/vaksin-sinovac. [Diakses pada 24 Mei 2021].

Callaway. 2020. The Race For Coronavirus Vaccines. Nature. Vol 580.

Halodoc. 2020. Berapa Banyak Dosis Vaksin Pfizer yang Dibutuhkan untuk Mencegah Corona?. https://www.halodoc.com/artikel/berapa-banyak-dosis-vaksin-pfizer-untuk-mencegah-corona. [Diakses pada 24 Mei 2021].

Kemenkes (Kementerian Kesehatan) RI. 2021. http://p2p.kemkes.go.id/program-vaksinasi-covid-19-mulai-dilakukan-presiden-orang-pertama-penerima-suntikan-vaksin-covid-19/ [diakses pada 22 Mei 2021].

Keown, A. 2020. Sinopharm Mempublikasikan Data Positif dari Studi Vaksin COVID-19 Tahap I/II. Biospace. Diakses pada tanggal 21 mei 2021 di https://www.biospace.com/article/sinopharm-s-covid-19-vaccine-produces-antibodies-researchers-say/.

Kim, YC., JH. Park, dan M. R. Prausnitz. 2012. Microneedles for Drug and Vaccine Delivery. Advances Drug Delivery Reviews. 64(14) : 1547 – 1568.

Makmun, A., & Hazhiyah, S. F. 2020. TINJAUAN TERKAIT PENGEMBANGAN VAKSIN

COVID 19. Molucca Medica. 13(2) : 52-59.

Rahayu, R. N. dan Sensusiyati. 2021. Vaksin Covid 19 Di Indonesia: Analisis Berita

Hoax. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora2(07) : 39-49.

Rizal. 2021. Profil Vaksin Sinopharm yang Disetujui WHO, Kemanjuran hingga Harganya. https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/08/164500865/profil-vaksin-sinopharm-yang-disetujui-who-kemanjuran-hingga-harganya. [Diakses pada 21 Mei 2021].

Shafa, A., & Sriwidodo, S. 2021. Microneedle: Teknologi Baru Penghantar Vaksin

COVID-19. Majalah Farmasetika6(1) : 85-98.