Indikasi Stabilitas Iklim Global melalui Penemuan Spesies Lumut Baru (Bryum bharatiense) di Larsemann Hills, Antartika Timur

          Antartika merupakan wilayah benua yang terletak di ujung paling selatan planet Bumi dan berbatasan dengan tiga samudera, yaitu samudera Pasifik, Hindia, dan Atlantik. Benua Antartika 98% secara keseluruhan ditutupi oleh lapisan es setiap tahunnya yang disebabkan suhu di wilayah benua ini berada pada suhu rata-rata terendah di dunia yang mencapai – 89°C. Hanya sedikit makhluk hidup yang mampu bertahan di wilayah ini yang sebagian besarnya hanya didominasi oleh hewan mikroorganisme seperti bakteri, alga, fungi, protista, dan beberapa hewan seperti singa laut, penguin, paus, dan anjing laut (Pakulu,2022).

Gambar 1. Peta Benua Antartika

(Sumber: Pakulu, 2022)

          Hingga saat ini, 111 spesies lumut yang terdiri dari 55 genera dan 17 famili dan 27 spesies lumut hati yang terdiri dari 19 genera dan 12 famili telah didokumentasikan dari Antartika (Ochyra et al., 2008). Spesies tanaman yang ditemukan di Antartika diberi nama Bryum bharatiense. Asal kata “Bryum” merupakan pengelompokan lumut, sedangkan “Bharati” merupakan dewi ilmu pengetahuan dalam agama Hindu dan nama salah satu stasiun penelitian Antartika di India. Lokasi penemuan Bryum bharatiense berada di wilayah sekitar stasiun Bharati, yang merupakan salah satu stasiun penelitian terjauh di dunia.

Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel

(Sumber: Rahman et al., 2021)

          Bagaimana tanaman tersebut bisa bertahan hidup di lingkungan ekstrim? Peneliti menemukan bahwa lumut ini tumbuh di daerah tempat penguin berkembang biak dalam jumlah besar. Hal ini karena kotoran penguin mengandung nitrogen yang dapat menjadi sumber nutrisi bagi lumut untuk dapat tumbuh dan bertahan terhadap kondisi yang ekstrim. Spesies yang baru ditemukan mengasimilasi fitonutrien dari penguin guano (Pygoscelis sp.) karena spesies tersebut ditemukan di daerah di mana guano berlimpah.

Gambar 3. Sampel yang dikumpulkan dari Antartika Timur: A. Bryum bharatiense.

(Sumber: Rahman et al., 2021)

          Spesies lumut Bryum bharatiense memiliki morofologi berupa batang berwarna hijau tua di bagian bawah dan coklat di bagian atas, daun lonjong bulat telur dengan apeks bergerigi panjang dan pangkal bergerigi, tepi daun berpola dengan coasta perkutan yang kuat. Rizoid berserat, halus, dan bercabang. Karakter sinapomorfik tersebut menggambarkan lineasi dengan spesies Bryum pseudotriquetrum. Namun, setelah proses analisis lebih lanjut dilakukan, ditemukan bahwa spesies Bryum bharatiense memiliki entitas yang berbeda secara taksonomi.

Gambar 4. Bryum bharatiense yang ditemukan di Larsemann Hills: A. Tunas gametofit; B. Gametofit meruncing pada ujung daun; C. Daun dengan coasta; D. Sel laminal pada daun.

(Sumber : Rahman et al., 2021)

          Penemuan spesies baru ini dapat menjadi indikator stabilitas iklim, dinamika salju, serta es di gurun berbatu Oasis (Singh dan Nayaka, 2017). Menurut Amesbury (2017), hal tersebut disebabkan karena antartika telah berubah menjadi “hijau” sebagai respons terhadap pemanasan global. Lumut merupakan tumbuhan yang sensitif terhadap perubahan Cryosphere. Oleh karena itu, penelitian keanekaragaman flora di benua ini sangat penting untuk evaluasi jangka panjang dari dampak perubahan iklim. Endang et al. (2020) menyatakan bahwa secara ekologi lumut berperan penting dalam ekosistem, terutama pada daerah hujan hutan tropis lumut berperan dalam menjaga keseimbangan air, siklus hara, dan merupakan habitat penting bagi organisme lain. Lumut juga dapat dijadikan sebagai bioindikator karena tumbuhan ini lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. Kita sebagai makhluk berakal seharusnya sadar dan mulai bertindak terhadap fenomena ini, karena hal yang besar berawal dari hal kecil, salam biologi!.

DAFTAR PUSTAKA

Amesbury, M. J., Roland, T. P., J. Royles .2017. Widespread biological response to rapid warming on the Antarctic Peninsula. Current Biology. 27(-):1616-1622.

BBC. 2022. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-57773462 [Diakses pada 28 November 2022].

Endang, T. 2020. Inventarisasi jenis-jenis lumut (Bryophyta) di Daerah Aliran Sungai Kabura-Burana Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. Jurnal Biologi Tropis. 20(2): 161-172.

Ochyra, R., H. Bednarek, L. Smith. 2008. New and rare moss speciesfrom the Antarctic. Nova Hedwigia. 87(-): 457- 477.

Pakulu, A. 2022. Tinjauan Hukum Internasional Berdasarkan Perjanjian Antartika. 1959. Doctoral dissertation. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Singh SM, Nayaka S. 2017. Contributions to the floral diversity of Schirmacher Oasis and Larsemann Hills,  Antarctica. Proceedings of the Indian National Science Academy. 83(-): 469-481.